Ada kalimat salam untuk penduduk surga, dijelaskan dalam surat Yasin berikut ini.
Tafsir Surah Yasin
Ayat 58
سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ
“(Kepada mereka dikatakan), ‘Salam’ sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (QS. Yasin: 58)
Pelajaran dari Ayat
Kata Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Allah sendiri yang mengucapkan salam kepada penduduk surga. Sebagaimana disebutkan dalam ayat,
تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُ سَلَامٌ ۚوَأَعَدَّ لَهُمْ أَجْرًا كَرِيمًا
“Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah: Salam; dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka.” (QS. Al-Ahzab: 44). Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:348.
Dalam Tafsir As-Sa’di (hlm. 739), Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menerangkan bahwa ucapan salam ini adalah dari Allah kepada penduduk surga, itu adalah ucapan selamat untuk mereka penduduk surga. Jika Allah mengucapkan salam, maka penduduk surga mendapatkan keselamatan sempurna dari berbagai macam sisi. Juga mereka mendapatkan penghormatan, tidak ada penghormatan yang lebih tinggi daripada itu. Juga tidak ada kenikmatan yang luar biasa semisal itu. Karena penghormatan tersebut langsung dari Allah Yang Maha merajai, Rabb Yang Mahaagung, Rabb yang Maha Pengasih lagi Penyayang, itulah salam penghormatan untuk penduduk surga. Merekalah yang mendapatkan ridha Allah dan tidak mendapatkan murka sama sekali. Jika Allah berkehendak bagi penduduk surga bahwa mereka tidak akan mati atau hati mereka terus bersuka cita, pasti itu terjadi.
Kita semua berharap agar tidak lepas dari berbagai kenikmatan di surga dan tidak terhalangi melihat wajah Allah Yang Mulia.
Ayat Tentang Ucapan Salam
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا ۗإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” (QS. An-Nisa’: 86)
Arti Ucapan Salam
Mengucapkan salam merupakan tanda cinta dan baiknya seorang muslim. Di dalamnya berisi:
- doa keselamatan dari berbagai penyakit, kejelakan, maksiat, serta selamat dari neraka;
- doa rahmat supaya mendapat kebaikan;
- doa keberkahan supaya kebaikan itu langgeng dan bertambah.
Beberapa Faedah Menebar Salam
- Hendaklah mengucapkan salam kepada yang dikenal dan yang tidak dikenal;
- Tetap mengucapkan salam kepada siapa pun meskipun ahli maksiat selama itu muslim;
- Imam Nawawi dalam Al-Adzkar berkata, “Ulama Syafi’iyah berkata: “Memberi salam sesama wanita sebagaimana pada sesama pria. Adapun seorang pria memberi salam pada wanita di mana wanita tersebut adalah istri, budak atau mahramnya, maka hukumnya boleh memberi salam kepada mereka-mereka. Sehingga dianjurkan untuk memberi salam kepada salah seorang di antara mereka dan wajib menjawab salamnya. Adapun jika yang diberi salam adalah wanita non mahram, jika wanita tersebut elok wajahnya dan khawatir tergoda dengan wanita tersebut, maka tidak boleh seorang pria memberi salam kepada wanita tersebut. Jika wanita tadi diberi salam, maka ia tidak perlu membalasnya. Begitu pula wanita tersebut tidak boleh mendahului memberi salam pada si pria tadi. Jika wanita tersebut memberi salam, maka tidak wajib membalasnya dan jika membalasnya, itu dimakruhkan. Adapun jika wanita tersebut sudah tua renta dan tidak tergoda dengannya, maka boleh mengucapkan salam padanya. Dan jika diberi salam, maka tetap dijawab salam tersebut. Adapun jika ada sekelompok wanita dan diberi salam oleh seorang pria atau ada sekelompok pria diberi salam oleh seorang wanita, itu dibolehkan selama mereka-mereka tadi tidak tergoda satu dan lainnya. Sebagaimana terdapat riwayat dari Abu Daud dari Asma’ binti Yazid, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati kami para wanita, lalu memberi salam pada kami.” (HR. Abu Daud, shahih). Diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari dari Sahl bin Sa’ad, ia berkata bahwa jika mereka–para sahabat–selepas shalat Jum’at, memberi salam kepada seorang wanita tua dan ia pun melayani para sahabat tadi.” Demikian perkataan Imam Nawawi yang telah diringkas;
- Memulai mengucapkan salam disunnahkan. Ibnu ‘Abdil Barr dan selainnya menyatakan bahwa para ulama berijma’ (bersekapat), memulai mengucapkan salam dihukumi sunnah. Adapun menjawab salam dihukumi wajib sebagaimana pemahaman dari surah An-Nisa’ ayat 86;
- Disebutkan dalam sunan An-Nasa’i, ada seseorang mendatangi beliau lantas mengucapkan salam, “Assalaamu ‘alaikum.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas membalas salam orang tersebut dan bersabda, “Engkau mendapat sepuluh.” Lalu orang tadi pun duduk. Kemudian datang yang lainnya lantas mengucapkan salam, “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas membalas salam orang tersebut dan bersabda, “Engkau mendapat dua puluh.” Kemudian ia pun duduk. Lantas ada yang lainnya lagi datang dan mengucapkan salam, “Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab salamnya dan bersabda, “Engkau mendapat tiga puluh.” Hadits ini diriwayatkan oleh An-Nasa’i dan Tirmidzi dari hadits ‘Imran bin Hushain, dan beliau menghasankannya (Zaad Al-Ma’ad, 2:361);
- Tidak boleh memulai mengucapkan salam kepada non-muslim. Namun jika ia mengucapkan salam, hendaklah membalas salamnya dengan ucapan semisal yang ia ucapkan (tidak lebih dari itu). Berarti jika ia mengucapkan “Assalaamu ‘alaikum”, maka dijawab “Wa’alaikumus salaam”. Namun jika ia ucapkan “Assaamu ‘alaikum (celaka kamu)”, maka dijawab “Wa ‘alaikum” atau “Wa’alaikumus saam” (celaka juga kamu);
- Ucapan salam lebih mulia dari ucapan “selamat pagi” dan semacamnya. Ucapan selamat semacam ini bukanlah ucapan yang syar’i dan sama sekali tidak bisa menggantikan ucapan salam;
- Membalas salam bukanlah dengan ucapan “ahlan” atau “ahlan wa sahlan”, ini bukanlah ucapan yang syar’i dalam menjawab salam;
- Dalam hadits disebutkan bahwa jika bertemu, maka ucapkanlah salam. Apakah saat berpisah juga memberi salam? Ada hadits yang berbunyi, “Jika hadir dalam majelis, hendaklah memberi salam. Jika berdiri dari majelis, hendaklah memberi salam. Yang mengucapkan pertama kali itu lebih utama dari yang mengucapkannya belakangan.” (HR. Abu Daud, no. 5208; Tirmidzi, no. 2706; Ahmad, 12:47. Sanad hadits ini hasan. Syaikh Al-Albani menyebutkan hadits ini dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 183).
Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
—
Diselesaikan di Darush Sholihin Panggang (Perpus Rumaysho), Rabu sore, 24 Dzulhijjah 1439 H
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com